BAB 5
Aktiva tetap – Berwujud
(Tangible – Assets)
PENGERTIAN AKTVA
TETAP
Dalam akuntansi aktiva tetap berwujud, meliputi aktiva –
aktiva yang memiliki bentuk fisik dan digunakan dalam operasi normal
perusahaan, serta mempunyai kegunaan dalam operasi normal perusahaan, serta
mempunyai kegunaan yang relatif permanen.
Karakteristik aktiva tetap berwujud :
1.
Memiliki bentuk fisik
2.
Digunakan
secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan
3.
Dimiliki tidak sebagai investasi (penanaman
modal) dan tidak diperdagangkan
4.
Memiliki
jangka waktu kegunaan (umur) relatif permanen (lebih dari satu periode
akuntansi / lebih dari satu tahun)
5.
Memberikan manfaat dimasa yang akan datang
Contoh aktiva tetap berwujud berupa : tanah, bangunan,
mesin, dan alat-alat pabrik; mebel dan alat-alat kantor; kendaraan dan
alat-alat transportasi.
Aktiva tetap berwujud dibedakan menjadi 3 golongan :
1. Aktiva tetap yang umur atau masa
kegunaannya tidak terbatas.
Golongan ini tidak dilakukan penyusutan atas harga perolehannya, karena
manfaatnya tidak akan berkurang didalam menjalankan fungsinya selama jangka
waktu yang tidak terbatas.
Contoh : tanah untuk bangunan, pabrik dan kantor, tanah untuk pertanian.
2. Aktiva tetap yang umur atau masa kegunaannya
terbatas dan dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya telah
berakhir.
Karena manfaat yang diberikan didalam menjalankan fungsinya semakin
berkurang atau terbatas jangka waktunya, maka terhadap harga perolehan aktiva
ini harus disusut selama masa kegunaannya.
Contoh : bangunan, mesin dan alat-alat pabrik; mebel dan alat-alat
kantor; kendaraan dan alat-alat transportasi.
3. Aktiva tetap yang umur atau kegunaannya
terbatas dan tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya
telah habis.
Akuntansi atas aktiva tetap secara umum dibagi atas 3,
yaitu:
1. Akuntansi saat perolehan (accounting for acquisition of plant
assets)
2. Akuntansi saat penggunaan (accounting for usage of plant assets)
3. Akuntansi saat pelepasan (accounting for disposal of plant assets)
PENENTUAN HARGA
PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya.Harga
perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva,
dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva siap digunakan.Harga perolehan
diukur dengan kas yang dibayarkan pada suatu transaksi secara tunai. Jika harga
perolehan sudah ditetapkan maka harga perolehan tersebut akan menjadi dasar
untuk akuntansi selama masa pemakaian yang bersangkutan. Akuntansi tidak
mengakui harga pasar atau harga pengganti.
Penerapan prinsip harga perolehan untuk aktiva tetap :
1)
Tanah
Harga perolehan tanah meliputi :
a)
Harga beli tunai tanah
b)
Biaya balik nama
c)
Komisi perantara
d)
Pajak atau pemungutan lain yang harus dibayar
pembeli
2)
Perbaikan tanah
Harga perolehan perbaikan tanah meliputi
semua pengeluaran yang dilakukan sampai perbaikan siap untuk digunakan.
3)
Gedung
Bila gedung dimiliki melalui pembelian
maka, harga perolehannya meliputi :
a)
Harga beli
b)
biaya notaris
c)
komisi perantara.
Bila gedung dibangun sendiri, harga
perolehannya meliputi :
a)
Semua pengeluaran untuk membuat gedung
b)
termasuk
ijin mendirikan bangunan
c)
instalasi listrik dan air.
4)
Peralatan
Harga perolehannya terdiri dari :
a)
harga beli tunai
b)
biaya pengangkutan
c)
biaya asuransi selama dalam pengangkutan
termasuk juga pengeluaran untuk bea
balik nama kendaraan.
KONSEP DEPRESIASI
AKTIVA TETAP
Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan
aktiva tetap menjadi biaya selama manfaatnya dengan cara yang rasional dan
sistematis. Depresiasi juga proses pengalokasian harga perolehan bukan proses
penilaian aktiva.
Latar belakang dilakukannya depresiasi adalah kemampuan
suatu aktiva untuk menghasilkan pendapatan dan jasa semakin menurun, baik
secara fisik dan fungsinya.Pengakuan atas depresiasi aktiva tetap tidak
berakibat adanya pengumpulan kas untuk mengganti aktiva lama dengan aktiva yang
baru. Saldo rekening Akumulasi depresiasi menggambarkan jumlah depresiasi yang
telah dibebankan sebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.
METODE DEPRESIASI
Depresiasi dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan
metode-metode berikut :
1. Garis lurus (straight-line
method)
2. saldo menurun (declining balance
method)
3. Jumlah angka-angka tahun
(sum-of-the-years-digits method)
4. satuan kegiatan

Depresiasi periodic didasarkan
pada tiga faktor berikut :
1. Harga Perolehan
2. Nilai residu
3. Masa manfaat
Harga perolehan adalah nilai suatu
aktiva tetap yaitu harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
sampai aktiva tersebut dapat digunakan atau dipakai untuk kegiatan operasional
perusahaan.
Suatu aktiva tetap tidak akan
dicatat atau diakui dalam catatan akuntansi perusahaan jika aktiva tetap
tersebut belum atau tidak dapat digunakan dalam kegiatan operasional normal
perusahaan.
Nilai residu adalah taksiran nilai
tunai aktiva pada akhir masa manfaat aktiva tersebut.
Masa manfaat adalah jangka waktu
pemakaian aktiva yang diharapkan oleh perusahaan.
METODE GARIS LURUS (STRAIGHT LINE)
Dalam metode ini beban depresiasi
periodic sepanjang masa pemakaian aktiva adalah sama besarnya.Biasanya metode
ini sering digunakan untuk barang – barang yang sering kita gunakan.
Rumus yang dipakai adalah sebagai
berikut :
|
|
|
: =
|
|
||||
|
|||||
X =
Harga perolehan di depresiasi adalah harga perolehan
– nilai residu
Contoh perhitungan metode garis lurus :
-
PT. LATIFAH telah mendatangkan sebuah mesin
cetak digital seharga Rp.30.000.000. mesin tersebut diperkirakan akan berumur 5
tahun dengan nilai residu sebesar Rp.5.000.000
-
Kapasitas produksi total cetak mesin 1.000.000
unit
-
Produksi actual tahun 1 sebesar 250.000 unit
-
Produksi actual tahun 2 sebesar 230.000 unit
-
Produksi actual tahun 3 sebesar 210.000 unit
-
Produksi actual tahun 4 sebesar 170.000 unit
-
Produksi actual tahun 5 sebesar 140.000 unit
Untuk menghitung besarnya berapa beban penyusutan pertahun
adalah sebagai berikut :
Tarif depresiasi =
100% : 5 tahun
=
20%/tahun
Beban depresiasi =
Harga perolehan didepresiasi x tarif depresiasi
=
(30.000.000 – 5.000.000) x 20%
=
5.000.000/tahun
Apabila kita buat tabel jadwal depresiasinya adalah sebagai
berikut :
Tahun
|
Harga perolehan didepresiasi
|
Tarif depresiasi
|
Beban depresiasi
|
Akumulasi depresiasi
|
Nilai buku
|
1
|
25.000.000
|
20%
|
5.000.000
|
5.000.000
|
25.000.000
|
2
|
25.000.000
|
20%
|
5.000.000
|
10.000.000
|
20.000.000
|
3
|
25.000.000
|
20%
|
5.000.000
|
15.000.000
|
15.000.000
|
4
|
25.000.000
|
20%
|
5.000.000
|
20.000.000
|
10.000.000
|
5
|
25.000.000
|
20%
|
5.000.000
|
25.000.000
|
5.000.000
|
METODE SALDO MENURUN
(DOUBLE DECLINING BALANCE)
Pada metode ini biaya depresiasi dari tahun ke tahun semakin
menurun, hal ini terjadi karena perhitungan biaya depresiasi periodic
didasarkan pada nilai buku (harga perolehan dikurangi dengan akumulasi
depresiasi) aktiva yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Tarif depresiasi yang sering digunakan adalah tarif metode
garis lurus yang dikalikan 2, sehingga meode ini sering disebut sebagai metode
saldo menurun ganda (double declining balance method)
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
|
|
|
X =
Oleh karena metode saldo menurun ganda menghasilkan biaya
depresiasi yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal , maka metode ini sering
disebut sebagai metode depresiasi dipercepat.
Contoh perhitungan metode saldo menurun :
Kita gunakan soal yang sama dengan contoh soal pada metode
garis lurus yaitu PT. LATIFAH.
Tarif depresiasi =
100% : 5 tahun x 2
=
40%/tahun
Tahun
|
Harga perolehan
|
Tarif depresiasi
|
Beban depresiasi
|
Akumulasi depresiasi
|
Nilai buku
|
1
|
30.000.000
|
40%
|
12.000.000
|
12.000.000
|
18.000.000
|
2
|
18.000.000
|
40%
|
7.200.000
|
19.200.000
|
10,800.000
|
3
|
10.800.000
|
40%
|
4.320.000
|
23.250.000
|
6.480.000
|
4
|
6.480.000
|
40%
|
2.592.000
|
25.842.000
|
3.888.000
|
5
|
3.888.000
|
40%
|
1.555.200
|
27.397.200
|
2.332.000
|
METODE JUMLAH
ANGKA-ANGKA TAHUN (SUM OF THE YEAR DIGITS)
Metode ini juga akan semakin menghasilkan biaya depresiasi
yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan semakin kecil pada tahun-tahun
akhir (metode depresiasi yang dipercepat)
Metode ini disebut sebagai jumlah angka-angka tahun Karena
depresiasinya didasarkan pada suatu pecahan yang :
1. Pembilangnya adalah tahun-tahun pemakaian aktiva yang
masih tersisa sejak awal tahun ini.
2. Penyebutnya adalah jumlah tahun-tahun sejak tahun pertama
hingga tahun pemakaian terakhir
Rumus :
|
|
|
X
=
Untuk aktiva yang ditaksir akan berumur 5 tahun, maka jumlah
angka-angka tahunnya adalah 1+2+3+4+5 = 15
Depresiasi pertahun dihitung dengan mengalikan harga
perolehan didepresiasi dengan pecahan metode angka-angka tahun.
Contoh perhitungan metode jumlah angka tahun :
Kita gunakan soal yang sama dengan contoh soal PT. LATIFAH
Tahun
|
Harga perolehan didepresiasi
|
Tarif depresiasi
|
Beban depresiasi
|
Akumulasi depresiasi
|
Nilai buku
|
1
|
25.000.000
|
5/15
|
8.333.333
|
8.333.333
|
21.666.667
|
2
|
25.000.000
|
4/15
|
6.666.667
|
15.000.000
|
15.000.000
|
3
|
25.000.000
|
3/15
|
5.000.000
|
20.000.000
|
10.000.000
|
4
|
25.000.000
|
2/15
|
3.333.333
|
23.333.333
|
6.666.667
|
5
|
25.000.000
|
1/15
|
1.666.667
|
25.000.000
|
5.000.000
|
METODE SATUAN
KEGIATAN (UNITS OF ACTIVITY)
Dalam metode ini masa pemakaian aktiva tidak dinyatakan
dengan jangka waktu melainkan dengan jumlah satuan (unit) yang dapat dihasilkan
oleh aktiva yang bersangkutan.
Metode ini cocok digunakan dalam depresiasi mesin
pabrik.Metode ini sering juga disebut sebagai metode satuan hasil.
Rumus :
|
|
|
:
=
|
|
|
X
=
Contoh perhitungan metode satuan hasil atau produksi :
Kita gunakan soal yang sama dengan contoh soal PT.LATIFAH
-
Kapasitas produksi total cetak 1.000.000 unit
-
Produksi actual tahun 1 sebesar 250.000 unit
-
Produksi actual tahun 2 sebesar 230.000 unit
-
Produksi actual tahun 3 sebesar 210.000 unit
-
Produksi actual tahun 4 sebesar 170.000 unit
-
Produksi actual tahun 5 sebesar 140.000 unit
Biaya depresiasi persatuan =
harga perolehan didepresiasi : jumlah satuan kegiatan
=
Rp.25.000.000 : 1.000.000 unit
=
Rp.25
Untuk melihat berapa besarnya beban depresiasi untuk
masing-masing tahun selama manfaatnya dapat dilihat dalam tabel jadwal
depresiasi sebagai berikut :
Tahun
|
Jumlah kegiatan tahun ini
|
Biaya depresiasi persatuan
|
Beban depresiasi
|
Akumulasi depresiasi
|
Nilai buku
|
1
|
250.000
|
Rp.25
|
6.250.000
|
6.250.000
|
23.750.000
|
2
|
230.000
|
Rp.25
|
5.750.000
|
12.000.000
|
18.000.000
|
3
|
210.000
|
Rp.25
|
5.250.000
|
17.250.000
|
12.750.000
|
4
|
170.000
|
Rp.25
|
4.250.000
|
21.500.000
|
8.500.000
|
5
|
140.000
|
Rp.25
|
3.500.000
|
25.000.000
|
5.000.000
|
Perbandingan beban depresiasi tahunan dan total depresiasi
pada keempat metode diatas Nampak sebagai berikut.
PT. LATIFAH
Perbandingan antar
Metode Depresiasi
Tahun
|
Metode garis lurus
|
Metode saldo menurun
|
Metode jumlah angka tahun
|
Metode satuan hasil
|
1
|
5.000.000
|
12.000.000
|
8.333.333
|
6.250.000
|
2
|
5.000.000
|
7.200.000
|
6.666.667
|
5.750.000
|
3
|
5.000.000
|
4.320.000
|
5.000.000
|
5.250.000
|
4
|
5.000.000
|
2.592.000
|
3.333.333
|
4.250.000
|
5
|
5.000.000
|
1.555.200
|
1.666.667
|
3.500.000
|
|
25.000.000
|
27.667.200
|
25.000.000
|
25.000.000
|
Contoh kasus
Suatu mesin dibeli oleh PT. MOBILUDARA pada tanggal 1
January 2000 dengan harga Rp.94.000.000. mesin ini diperkirakan akan berumur 6
tahun dengan nilai residu Rp.4.000.000
Apabila dilihat dari kapasitas produksinya, mesin ini selama
masa manfaatnya akan dapat memproduksi 12.500.000 unit dengan rincian sebagai
berikut :
Tahun
|
Produksi
|
2000
2001
2002
2003
2004
2005
|
2.000.000
2.100.000
3.000.000
2.800.000
1.750.000
850.000
|
Hitunglah berapa kali beban penyusutan dengan menggunakan 4
metode depresiasi yaitu garis lurus, saldo menurun, jumlah angka tahun dan
satuan produksi.
Jawaban :
Harga perolehan didepresiasi =
Rp.94.000.000 – Rp.4.000.000
=
Rp. 90.000.000
Metode garis lurus
Tarif depresiasi =
100% : 6 tahun
=
16.667%/tahun
Beban depresiasi =
harga perolehan didepresiasi x tarif depresiasi
=
(Rp.94.000.000 – Rp.4.000.000) x 16.667%
=
Rp.90.000.000 x 16.667%
= Rp.15.000.000/tahun
Tabel jadwal depresiasinya :
Tahun
|
Harga perolehan
|
Tarif depresiasi
|
Beban depresiasi
|
Akumulasi depresiasi
|
Nilai buku
|
1
|
90.000.000
|
16.667%
|
15.000.000
|
15.000.000
|
79.000.000
|
2
|
90.000.000
|
16.667%
|
15.000.000
|
30.000.000
|
64.000.000
|
3
|
90.000.000
|
16.667%
|
15.000.000
|
45.000.000
|
49.000.000
|
4
|
90.000.000
|
16.667%
|
15.000.000
|
60.000.000
|
34.000.000
|
5
|
90.000.000
|
16.667%
|
15.000.000
|
75.000.000
|
19.000.000
|
6
|
90.000.000
|
16.667%
|
15.000.000
|
90.000.000
|
4.000.000
|
Metode saldo menurun
Tarif depresiasi =
100% : 6 tahun x 2
=
33,3334%/tahun
Tabel jadwal depresiasinya :
Tahun
|
Harga perolehan
|
Tarif depresiasi
|
Beban depresiasi
|
Akumulasi depresiasi
|
Nilai buku
|
1
|
94.000.000
|
33.3334%
|
31.333.396
|
31.333.396
|
62.666.604
|
2
|
62.666.604
|
33.3334%
|
20.888.909
|
52.222.305
|
41.777.695
|
3
|
41.777.695
|
33.3334%
|
13.925.926
|
66.148.231
|
27.851.769
|
4
|
27.851.769
|
33.3334%
|
9.283.941
|
75.432.172
|
18.567.828
|
5
|
18.567.828
|
33.3334%
|
6.189.288
|
81.621.460
|
12.378.540
|
6
|
12.378.540
|
33.3334%
|
4.126.188
|
85.747.648
|
8.252.352
|
Metode jumlah angka tahun
Untuk aktiva yang ditaksir akan
berumur 6 tahun, maka jumlah angka-angka tahunnya adalah 1+2+3+4+5+6 = 21
Tabel jadwal depresiasinya :
Tahun
|
Harga perolehan didepresiasi
|
Tarif depresiasi
|
Beban depresiasi
|
Akumulasi depresiasi
|
Nilai buku
|
2000
|
90.000.000
|
6/21
|
25.714.285
|
25.714.285
|
68.285.715
|
2001
|
90.000.000
|
5/21
|
21.428.571
|
47.142.856
|
46.857.144
|
2002
|
90.000.000
|
4/21
|
17.142.857
|
64.285.713
|
29.714.287
|
2003
|
90.000.000
|
3/21
|
12.857.142
|
77.142.855
|
16.857.145
|
2004
|
90.000.000
|
2/21
|
8.571.428
|
85.714.283
|
8.285.717
|
2005
|
90.000.000
|
1/21
|
4.285.714
|
90.000.000
|
4.000.000
|
Metode satuan kegiatan
Biaya depresiasi per satuan = harga perolehan didepresiasi :
jumlah satuan kegiatan
=
Rp.90.000.000 : 12.500.000
=
Rp 7.2
Untuk melihat berapa besarnya beban
depresiasi untuk masing-masing tahun selama manfaatnya dapat dilihat dalam
tabel jadwal depresiasi sebagai berikut :
Tahun
|
Jumlah kegiatan tahun ini
|
Biaya depresi per satuan
|
Beban depresiasi
|
Akumulasi depresiasi
|
Nilai buku
|
2000
|
2.000.000
|
Rp.7.2
|
14.400.000
|
14.400.000
|
79.600.000
|
2001
|
2.100.000
|
Rp.7.2
|
15.120.000
|
29.520.000
|
64.480.000
|
2002
|
3.000.000
|
Rp.7.2
|
21.600.000
|
51.120.000
|
42.880.000
|
2003
|
2.800.000
|
Rp.7.2
|
20.160.000
|
71.280.000
|
22.720.000
|
2004
|
1.750.000
|
Rp.7.2
|
12.600.000
|
83.880.000
|
10.120.000
|
2005
|
850.000
|
Rp.7.2
|
6.120.000
|
90.000.000
|
4.000.000
|
AKUNTANSI UNTUK PENGHENTIAN AKTIVA TETAP
Penghentian aktiva tetap terjadi
pada saat aktiva tetap belum habis masa manfaatnya maupun pada saat masa
manfaatnya tersebut telah habis.Jika aktiva tetap telah habis masa manfaatnya
berarti pada saat pengehentian aktiva tetap tersebut telah disusutkan secara
penuh.
Bila aktiva tetap dihentikan
sebelum masa manfaatnya habis atau selesai, maka akan timbul adanya laba atau
rugi akibat pengehentian tetap tersebut. Penghentian aktiva tetap sebelum habis
masa manfaatnya dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dijual atau ditukar
dengan aktiva tetap lain.
Penjualan aktiva tetap
Aktiva tetap yang dijual sebelum
masa ekonomisnya akan diperoleh laba (gain) atau rugi (loss) dari penjualan
aktiva tersebut. Laba atau rugi dari penjualan aktiva tetap dihitung dengan
cara membandingkan antara harga jual dengan nilai buku (book value) aktiva
tetap pada saat dijual. Jika harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
buku maka yang terjadi adalah laba, sebaliknya bila harga jual lebih rendah
dibandingkan dengan nilai buku maka akan diperoleh rugi. Dan apabila harga jual
dan nilai buku besarnya sama maka tidak akan terjadi laba maupun rugi.
Contoh :
Suatu aktiva tetap yaitu sepeda
motor, pada tanggal 1 desember 2008 dilihat catatan akuntansinya ternyata telah
disusutkan sebesar Rp. 7.500.000. Dahulu pada waktu dibeli sepeda motor
tersebut memiliki harga perolehan sebesar Rp.12.500.000. andaikata sepeda motor
tersebut dijual pada harga :
a.
Rp.6.000.000
b.
Rp.5.000.000
c.
Rp.4.000.000
Apakah yang akan terjadi ?laba,
rugi atau impas? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat kita hitung sebagai
berikut :
Harga jual Rp.6000.000
Harga perolehan sepeda motor Rp.12.500.000
Akumulasi depresiasi Rp. 7.500.000
Nilai buku Rp. 5.000.000
(Rp.5000.000)
Laba
penjualan sepeda motor Rp.1.000.000
Jurnal untuk mencatat penjualan
tersebut adalah :
|
Harga jual Rp.5.000.000
Harga perolehan sepeda motor Rp.12.500.000
Akumulasi depresiasi Rp. 7.500.000
Nilai buku Rp. 5.000.000
(Rp.5.000.000)
Laba
(rugi) penjualan sepeda motor Rp. 0
Jurnal untuk mencatat penjualan
tersebut adalah :
|
Harga jual Rp.4.000.000
Harga perolehan sepeda motor Rp.12.500.000
Akumulasi depresiasi Rp. 7.500.000
Nilai buku Rp. 5.000.000
(Rp.5.000.000)
Rugi
penjualan sepeda motor Rp. 1.000.000
|
Jurnal untuk mencatat penjualan tersebut adalah :
Pertukaran aktiva
tetap
Pertukaran aktiva tetap dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
I.
Pertukaran aktiva tetap sejenis
Pertukaran ini dilakukan antara aktiva
tetap yang sejenis saja dan berfungsi sama. Pertukaran aktiva tetap sejenis
bila terjadi laba karena pertukaran ini, maka tidak akan diakui. Namun bila
yang terjadi adalah rugi maka harus diakui.
II.
Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis
Pertukaran ini merupakan pertukaran aktiva
tetap yang secara fungsi berbeda. Dalam pertukaran tidak sejenis, bila terjadi
laba pertukaran dan rugi pertukaran akan diakui dan dicatat dalam akuntansi.
contoh soal
1. sebuah perusahaan telah mendatangkan sebuah mesin dengan
rincian biaya yang dikeluarkan sebagai berikut :
harga dari pabrik Rp.
100.000.000,00
biaya pengapalan
20.000.000,00
biaya asuransi 2.000.000,00
biaya pemasangan
3.000.000,00
mesin tersebut diperkirakan akan berumur 4 tahun dengan nilai residu sebesar Rp.
15.000.000,00. mesin ini siap untuk dipakai pada tamggal 1 April 2000
Di minta:
hitunglah biaya penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku dari mesin tersebut dengan
menggunakn metode penyusutan.
a)
garis lurus
b)
saldo menurun dengan tarif metode garis lurus.
c)
jumlah angka-angka tahun.
Jawaban :
Harga perolehan di depresiasi : total biaya - nilai residu
Tarif depresiasi : 100%
: tahun
Beban depresiasi : beban perolehan didepresiasi x tarif depresiasi
Nilai buku : Total biaya
- akm. depresiasi
|
a) Metode garis lurus
harga perolehan didepresiasi = Rp. 125.000.000 - Rp. 15.000.000
= Rp. 110.000.000
tarif deprasiasi =
100% : 4 tahun
= 25% Pertahun
Beban depresiasi = (
125.000.000 - 15.000.000 ) x 25 %
= Rp. 27.500.000
table metode garis lurus
Tahun
|
Harag pokok
Didepresiasi
|
Tarif
Depresiasi
|
Beban
Depresisi
|
Akumulasi
Depresiasi
|
Nilai buku
|
1
|
Rp. 110.000.000
|
25%
|
Rp. 27.500.000
|
Rp. 27.500.000
|
Rp. 97.500.000
|
2
|
Rp. 110.000.000
|
25%
|
Rp. 27.500.000
|
Rp. 55.000.000
|
Rp. 70.000.000
|
3
|
Rp. 110.000.000
|
25%
|
Rp . 27.500.000
|
Rp. 82.500.000
|
Rp. 42.500.000
|
4
|
Rp. 110.000.000
|
25%
|
Rp. 27.500.000
|
Rp. 110.000.000
|
Rp. 15.000.000
|
b) Metode saldo menurun
tarif depresiasi =
100% : 4 tahun x 2
= 50% Pertahun
Tahun
|
Harga pokok didepresiasi
|
Tarif
depresiasi
|
Beban depresisi
|
Akumulasi
depresisi
|
Nilai buku
|
1
|
Rp 125.000.000
|
50%
|
Rp. 62.500.000
|
Rp. 62.500.000
|
Rp. 62.500.000
|
2
|
Rp 62.500.000
|
50%
|
Rp. 31.250.000
|
Rp. 93.250.000
|
Rp. 31.750.000
|
3
|
Rp 31.250.000
|
50%
|
Rp. 15.625.000
|
Rp. 109.375.000
|
Rp. 15.625.000
|
4
|
Rp. 15.625.000
|
50%
|
Rp. 7.812.500
|
Rp. 117.187.500
|
Rp. 7.812.500
|
c) metode jumlah angka tahun
1+2+3+4 = 10
table jadwal depresiasi
Tahun
|
Harag pokok
Didepresiasi
|
Tarif
Depresiasi
|
Beban
Depresisi
|
Akumulasi
Depresiasi
|
Nilai buku
|
1
|
Rp. 110.000.000
|
4/10
|
Rp. 44.000.000
|
Rp. 44.000.000
|
Rp. 81.000.000
|
2
|
Rp. 110.000.000
|
3/10
|
Rp. 33.000.000
|
Rp. 77.000.000
|
Rp. 48.000.000
|
3
|
Rp. 110.000.000
|
2/10
|
Rp . 22.000.000
|
Rp. 99.000.000
|
Rp. 26.000.000
|
4
|
Rp. 110.000.000
|
1/10
|
Rp. 11.000.000
|
Rp. 110.000.000
|
Rp. 15.000.000
|
AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD ( INTANGIBLE ASSET)
BASIC
aktiva tetap tak berwujud merupakan aktiva tetap yang secara
fisik tidak dapat dilihat bentuknya, akan tetapi memberikan kontribusi nyata
bagi perusahaan.
contoh aktiva tetap tak berwujud
a. Hak sewa ( lease hold)
adalah hak yang di peroleh atgas suatu sewa aktiva tertentu
( sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin,) yang biasannya menggunakan kurun
waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte, ( notaris). hak sewa
dinyatakn sebagai aktiva tetap ( tak terwujud) karena 2 alasan :
(-) hak sewa memberikan kontribusi bagi perusahaan, atau
dengan kata lain, atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa
akan memberikan manfaat kembali ( berpotensi menghasilkan kas atau manfaat)
dimasa yang akan datang.
(-) Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas
kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk priode lebih dari
satu tahun buku.
b. Organisasi Cost
adalah pengeluaran - pengeluaran perusahaan yang terjadi
sehubungan dengan set-up perusahaan sebelum beropreasi, contohnya pembayaran
kepada notaris. Penfeluaran ini diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud ,
karena dalam pengeluaran tersebut perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih
dari satu halaman buku juga, yaitu selama perusahaan masih beroperasi.
c. Perijinan ( permit)
perijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak
pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melakukan aktivitas tertentu terkait
dengan bidang usahanya.
d. Hak patetnt
hak paten adalah hak perusahaan yang diperoleh atas suatu
penemuan tertentu.
e. Merk dagang (trade mark)
merk dagang (trade mark) yang biasa di singkat TM adalah hak
yang diperoleh atas suatu merk komersial tertentu. hak ini bisa berupa logo,
tulisan, bentuk, symbol atau kombinasinya, yang mewakili suatu organisasi/
perusahaan tertentu.
f. Hak penggandaan ( copy right)
Copy right adalah hak yang berkaitan atas suatu penulisan,
baik berupa karya ilmiah, puisi, novel maupun lyric lagu copy tight hak untuk
memperbanyak dan mengedarkannya.
g. Franchise
adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha
tertentu atau memasarkan produk nya sekaligus mengikuti pola usaha, cara
pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya
dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise
h. good will
adalah kelebihan - kelebihan, keistimewaan tertentu yang
dimiliki oleh perusahaan yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak
lain.
PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP TAK TERWUJUD
pada dasarnya permasalahan akuntansi atas aktiva tetap tak
berwujud (intangible asset) sama saja dengan aktiva tetap berwujud.
1.
perolehan
2.
pengeluaran- pengeluaran setelah perolehan
3.
amortisasi adalah pengalokasian harga perolehan
ke beban usaha
AKUNTANSI INVESTASI
JANGKA PANJANG
LONG-TERM IVESTMENT
PENGERTIAN
Investasi jangka panjang :
Adalah sekuritas yang tidak mudah
diperdagangkan dan dilakukan dalam jangka waktu yang lama atau dilakukan dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun atau lebih dari siklus normal operasi
perusahaan.
Investasi jangka panjang bukan
merupakan sumber dana yang cepat.
JENIS-JENIS INVESTASI
JANGKA PANJANG
1. Investasi
obligasi
Investasi jangka
panjang dalam obligasi memberikan jaminan yang pasti atas penerimaan bunga selama kurun waktu tertentu, karena apabila
bunga dipasaran menurun bunga obligasi tetap tidak berubah karena tingkat
bunganya telah ditetapkan dalam perjanjian.
2. Investasi
saham
Investasi jangka
panjang dalam saham memberi penghasilan (dividen) yang lebih tinggi, bila
perusahaan mendapat laba yang tinggi, mempunyai hak suara sebagai pemilik yang
berarti turut menentukan kebijakan perusahaan.
OBLIGASI
Obligasi yang
dibeli perusahaan sebagai investasi jangka panjang, dicatat sebesar harga perolehannya.
harga perolehan tersebut meliputi :
harga
beli (kurs) obligasi ditambah komisi perantara dan biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pembelian obligasi.
Perbedaan harga perolehan dengan nilai
nominal :
1.
Diskonto
(disagio) bila harga perolehan < nilai nominal
2.
Premi (
agio) bila harga perolehan > nilai nominal
Diskonto(
premi) harus diamortisasi
AMORTISASI
DISKONTO (PREMI )
Diskonto (premi) diamortisasi
selama jangka waktu obligasi
Amortisasi dilakukan :
1.
Pada setiap tanggal penerimaan bunga
2.
Saat perusahaan tutup buka (biasanya setiap
tanggal 31 des )
Jurnal amortisasi :
1. Amortisasi Diskonto :
Investasi jangka panjang – obligasi xxx
Pendapatan bunga xxx
2.
Amortisasi
premi :
Pendapatan bunga xxx
Investasi jangka
panjang-obligasi xxx
PEMBELIAN
OBLIGASI
Obligasi dibeli dengan :
1. at
par ( kurs 100) harga perolehan = nilai nam
2. at
dscount (kurs <100) harga perolehan
< nilai nam
3. at
premi ( kurs >100) harga perolehan
> nilai nam
pembelian obligasi dapat dilakukan :
1. pada saat tanggal penerimaan bunga , sehingga tidak ada
bunga berjalan.
2. Bukan pada tanggal penerimaan bunga, sehingga
kas yang dikeluarkan(dibayarkan )termasuk bunga berjalan.
PENJUALAN OBLIGASI SEBELUM JATUH TEMPO
Obligasi yang dimiliki untuk
investasi jangka panjang mungkin dijual sebelum tanggal jatuh tempo
Rekening kas yang didebet ,sebesar
jumlah kas yang diterima dan rekening
investasi jangka panjang-obligasi
dikredit sebesar nilai buku investasi pada saat penjualan terjadi.
Laba (rugi) penjualan obligasi adalah
selisih antara jumlah kas yang diterima (hasil penjualan bersih) dengan nilai
buku obligasi
Hasil penjualan bersih = harga jual (kurs)
– biaya-biaya
Apabila
penjualan dilakukan bukan pada tanggal penerimaan bunga maka kas yang diterima ditambah
bunga berjalan ( untuk periode sejak tanggal bunga berakhir s/d tgl penjualan )
Nilai Buku Obligasi :
1. obligasi dengan diskonto :
harga perolehan xxx
diskonto obligasi xxx
nilai buku obligasi xxx
2.
obligasi
dengan premi :
harga perolehan xxx
premi obligasi (xxx)
nilai buku obligasi xxx
laba, bila harga jual > nilai buku
rugi,
bila harga jual < nilai buku
SAHAM
TUJUAN PENANAMAN MODAL SAHAM :
v
Untuk mengawasi perusahaan lain
v
Untuk
memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode
v
Untuk membentuk suatu dana khusus
v
Untuk menjamin kontiunitas suplai bahan baku
v
Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.
Investasi jangka panjang dalam saham seperti dalam
obligasi juga dicatat sebesar harga
perolehannya.
Harga perolehan saham = harga pasar +
biaya lain yang dikeluarkan .
AKUNTANSI INVESTASI SAHAM
Akuntansi
untuk investasi dalam saham
Setelah investasi dibeli
sangat tergantung sampai seberapa jauh perusahaan akan dapat mempengaruhi
kebijakan operasi dan keuangan perusahaan penerbit saham dan presentase pemilikan
saham dalam perusahaan.
METODE
PENCATATAN INVESTASI SAHAM:
v
METODE HARGA PEROLEHAN (COST METHOD)
v
METODE EKUITAS (EQUITY METHOD)
METODE HARGA PEROLEHAN (COST METHOD)
Metode harga
perolehan dalam saham digunakan apabila investor tidak mempunyai pengaruhyang
besar terhadap perusahaan penerbit saham, dalam hal ini investor memiliki kurang dari 20%.Saham dicatat
sebesar harga perolahannya.Deviden diakui sebagai pendapatan saat
diumumkan oleh dewan komisaris perusahaan penerbit saham.Laba (Rugi) penjualan saham adalah selisih Harga jual dengan Harga perolehannya.
METODE EKUITAS (EQUITY METHOD)
Metode equity
digunakan apabila investor mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
perusahaan penerbit saham, dalam hal ini investor memiliki 20% atau lebih dari
keseluruhan saham yang diterbitkan oleh perusahaan penerbit.Metode equity
investor memperhitungkan laba bersih
yang diperoleh perusahaan penerbit saham dlm rekening investasinya.Deviden yang
diterima dari perusahaan penerbit investasi dipandang sbg pengurangan atas
investasinya.Laba (Rugi) penjualan saham adalah selisih Harga Jual dengan Nilai Buku saham.
HUTANG JANGKA PENDEK DAN
AKUNTANSI
UNTUK GAJI DAN UPAH
Hutang merupakan kewajiban untuk memindahkan
harta atau memberikan jasa di masa yang akan datang. Kewajiban tersebut muncul
karena adanya transaksi yang dilakukan dengan pihak luar perusahaan.
hutang jangka
pendek dikelompokan menjadi 2 bagian :
1.
Hutang
yang jumlahnya dapat dipastikan
2.
Hutang
yang jumlahnya tidak dapat dipastikan (diperkirakan)
hutang yang jumlahnya dapat dipastikan
1.
Hutang Dagang
Jumlahyang
harus dibayar kepada pemasok, karena perusahaan melakukan penbelian barang atau
jasa.
Contoh
:
Dibeli
persediaan barang dagang secara kredit (periodic) sebesar Rp 1.000.000
Jurnal
Pembelian
Barang Dagang 1.000.000
Hutang
Dagang 1.000.000
2.
Wesel Bayar
Jangka Pendek
Alat
pembelanjaan yang umum yang akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Contoh
:
Pada
tanggal 1 Desember 1990 PT A membeli persediaan barang dagang sebesar Rp
2.000.000, dengan mengeluarkan wesel dengan tingkat bunga 12% per tahun, jangka
waktu 60 hari.
Jurnal
Pembelian Barang Dagang 2.000.000
Wesel Bayar (jk Pendek) 2.000.000
Pembelian barang
dengan mengeluarkan sebuah wesel
Beban Bunga 20.000
Hutang bunga 20.000
Penyesuaian
bunga ( Hutang bungan dilaporkan sebagai hutang jangka pendek)
Perhitungan bunga : 2.000.000 x 12% x (30/360) = 20.000
Dari tanggal 1/12 s/d 31/12= 30 hari
Jurnal Balik
Hutang Bunga 20.000
Beban Bunga 20.000
Pembayaran Wesel
Wesel Bayar 2.000.000
Beban Bunga 40.000
Kas 2.040.000
Perhitungan
bunga : 2.000.000 x 12% x (60/360) = 40.000
3.
Wesel Bayar
Jangka Pendek yang dikeluarkan dengan Diskonto
Perusahaan
mendiskontokan weselnya (untuk peminjaman uang) pada bank. Diskonto yaitu
pengurangan terhadap nilai bunga dari nilai normal wesel.
Contoh
:
PT
ABC mendiskontokan weselnya yangmempunyai nilai nominal sebesar Rp 1.000.000,
jangka waktu wesel 60 hari, tanggal wesel 1 Desember 1994 dengan tingkat
diskonto sebesar 12%.
Perhitungan :
Nilai
nominal 1.000.000


Hasil
pendiskontoan/kas yang diterima 980.000
Kas 980.000
Diskonto wesel bayar 20.000
Wesel
bayar 1.000.000
Mencatat
pendiskontoan wesel (Wesel bayar)
Beban bunga 10.000
Diskonto wesel bayar 10.000
Amortisasi
(penghapusan) diskonto wesel bayar penyesuaian akhir tahun (merupakan pengakuan
beban bunga dan penghapusan diskonto wesel bayar)
Perhitungan: 1.000.000 x 12% x (30/360)
= 10.000
1 Des s/d 31 Des
= 30 hari
NB: diasumsikan
jurnal penutup dibuat
Beban bunga 10.000
Diskonto wesel bayar 10.000

Perhitungan: 1.000.000 x 12% x (30/360) = 10.000
31 Des s/d 30
Jan = 30
hari
Wesel bayar 1.000.000
Kas 1.000.000
4.
Hutang Jangka
Panjang yang akan jatuh tempo
Hutang jangka
panjang akan jatuh tempo merupakan bagian dari hutang jangka panjang yang harus
dibayar daam jangka waktu kurang dari 1 tahun.
Contoh :
Neraca per 31
Mei PT ABC memiliki hutang jangka panjang sebesar Rp 250.000.000. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 50.000.000 akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Maka pelaporan kewajiban dalam neraca PT ABC akan Nampak sebagai berikut :
Kewajiban lancar
:
Hutang jangka
panjang yang akan jatuh tempo Rp 50.000.000
Kewajiban jangka
panjang Rp 200.000.000
Hutang jangka
panjang
5.
Pendapatan
Diterima Dimuka
Pendapatan
diterima dimuka kewajiban karena perusahaan telah menerima uang dari pelangga,
tapi jasa atau barang dari perusahaan belum diberikan atau diserahkan.
Contoh :
PT ABC menerima
uang muka sebesar Rp 480.000 untuk berlangganan majalah “Bola” selama 1 tahun
pada tanggal 1 April 1990.
Kas 480.000
Pendapatan diterima dimuka 480.000
Penerimaan uang
muka sebesar 480.000 untuk 12 bulan
Jadi per
bulannya = 480.000 /12 = 40.000
Pada akhir
tahun, 31 Desember 1990 PT ABC akan mengakui pendapatan untuk 9 bulan (1 April
s/d 31 Des = 9 bulan) pendapatan diakui jika majalah “Bola” sudah diberikan
kepada pelanggannya. Karena selama 9 bulan sudah diberikan, maka pendapatan
diakui.
Pendapatan diterima dimuka 360.000
Pendapatan 360.000
Pengakuan
pendapatan selama 9 bulan.
Per bulannya
sebesar Rp 40.000
Jadi 9 bulanya
sebesar Rp 40.000 x 9 = 360.000
NB: diasumsikan
jernal penutup dibuat.
Pendapatan diterima dimuka 120.000
Pendapatan 120.000
Pengakuan
pendapatan sisanya yaitu 3 bulan (1 jan s/d 31 maret = 3 bulan)
Per bulannya
sebesar Rp 40.000
Jadi 3 bulannya
sebesar Rp 40.000 x 3 = 120.000
Hutang yang harus diperkirakan
(Tidak Dapat Dipastikan)
Sering kali perusahaan mengatahui bahwa ada
kewajiban tapi tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah kewajiban
tersebut.Kewajiban semacam ini disebut kewajiban yang harus diperkirakan.
Contoh:
1. Hutang
garansi yang diperkirakan
2. Deposito
yang dikembalikan
3. Kewajiban
bersyarat
·
Pelanggan yang menuntut perusahaan
karena produk yang dibelinya tidak sesuai dengan apa yang diiklankan
·
Kewajiban bersyarat yang timbul karena
perusahaan menjadi penjamin atas hutang yang dilakukan perusahaan lain kepada
pihak ketiga. Praktek ini disebut sebagai consigning.
Akuntansi untuk Gaji dan Upah
Gaji dan upah merupakan
beban usaha yang besar bagi semua perusahaan.
Gaji merupakan
pendapatan yang jumlahnya dihtung per tahun, per bulan, atau per minggu
sedangkan upah merupakan pendapatan yang dihitung berdasarkan tarif per jam.
Menurut peraturan
perburuhan yang ada di Indonesia, pegawai dikatakan bekerja lembur apabila ia
bekerja lebih dari 40 jam seminggu. Tarif lembur diperhitungkan dengan cara
sebagai beriku:
·
Lembur untuk jam pertama pada hari kerja
dihitung sebesar 1,5 kali dari tarif normal, sedangkan untuk jam kedua dan
seterusnya, tarif lembur menjadi 2 kali tarif normal per jam. Pada hari-hari
libur resmi, untuk 7 jam pertama lembur dihitung sebesar 2 kali tarif normal
per jam, sedangkan jam kedelapan dan seterusnya dihitung sebesar 3 kali tarif
normal per jam.
Contoh
perhitungan tarif lembur (pekerja yang mendapat gaji bulanan)
Mei
Mei selama bulan oktober 1993 bekerja selama 197 jam. Gaji per bulan Mei Mei
sebesar Rp 1.730.000. Jumlah jam kerja normal perusahaan selama satu bulan
adalah 173 jam.
Maka
kelebihan jam kerja sebanyak 197 jam – 173 jam = 24 jam.
Perhitungan
tarif lembur adalah:
Upah
per jam = 1.730.000 ÷ 173 jam = 10.000 per jam
Di
asumsikan lembur tidak pada hari besar dan selama 7 hari kerja. Maka besarnya
lembur adalah:
Jam
pertama : 10.000 x 1,5 x 7 =
Rp 105.000
Jam
kedua dst : 10.000 x 2 x 17 jam =Rp 340.000 +
Jadi
total lembur sebesar =
Rp 445.000
1.
Pendapatan
Kotor dan Pendapatan Bersih
Berdasarkan UU pajak penghasilan,
pemerintah akan memungut pajak penghasilan atas gaji dan upah yang diterima
oleh pegawai.
Pendapatan kotor merupakan jumlah total
gaji, upah, komisi dan jenis kompensasi lain yang diterima oleh pegawai sebelum
dikurangi pajak dan pengurangan lainnya.
Pendapatan bersih adalah jumlah yang
benar-benar diterima pegawai, setelah dikurangi pajak.
2.
Pengurangan
Gaji dan Upah
Gaji dan upah yang diterima pegawai akan
dikenakan pajak penghasilan. Besarnya pajak penghasilan yang dikenakan tersebut
diatur dalam UU Nomor 10 Tahun 1994 dan keputusan Dirjen Pajak Nomor
Kep-02/PJ/1995.
Pajak penghasilan dapat ditanggung oleh:
·
Perusahaan
·
Pegawai
·
Sebagian perusahaan, sebagian pegawai
(tergantung
dari persepakatan kerja yang dilakukan antara pegawai dan perusahaan)
Penghasilan yang
diterima oleh pegawai tetap dapat terdiri dari:
1. Penghasilan
teratur seperti gaji, upah,, honorarium, uang lembur dan premi.
2. Penghasilan
tidak teratur (penghasilan yang tidak tetap dan biasanya diberikan sekali saja
dalam satu tahun) seperti bonus, tunjangan hari raya.
Sedangkan
yang tidak termasuk dalam pengertian penghasilan:
1. Pembayaran
asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, kebakaran, jiwa dll.
2. Penerimaan
dalam bentuk natura (kenikmatan perjalanan cuti, kenikmatan pemakaian kendaraan
bermotor milik perusahaan, dan kenikmatan pajak yang ditanggung oleh pemberi
kerja).
3. Iuran
pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh
Menteri Keuangan dan Penyelenggara Taspen serta tunjangan hari tua kepada badan
penyelenggara Taspen dan Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.
Pengurangan-pengurangan
tersebut berupa:
1. Biaya-biaya
untuk mendapatkan, menagih dan memlihara penghasilan yaitu:
2. Biaya
jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto, dan setinggi-tingginya Rp 500.000
per tahun. Iuran yang terkait pada gaji kepada dana pensiun yang disetujui oleh
Menteri Keuangan yang dibayar oleh pegawai.
Berdasarkan ketentuan
yang terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 tanggal 22
Juni 2016 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, disebutkan
dalam Pasal 1 sebagai berikut:
1. Wajib
Pajak orang pribadi, PTKP sebesar Rp 54.000.000
2. Tambahan
Wajib Pajak yang kawin, PTKP sebesar Rp 4.500.000
3. Tambahan
untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami,
PTKP sebesar Rp 54.000.000
4. Tambahan
untuk setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
yang menjadi tanggungan sepenuhnya, contoh: ayah, ibu, dan anak, PTKP sebesar
Rp 4.500.000
5. Tambahan
untuk setiap anggota keluarga semenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, contoh: mertua dan anak tiri serta anak angkat, PTKP
sebesar Rp 4.500.000
Pendapatan Kena Pajak
(PKP) dari pegawai akan dihitung berdasarkan tarif sebagai berikut:
Penghasilan Kena Pajak
Tarif (Baru)
1. Rp
50.000.000 pertama 5%
2. Rp
50.000.001 s/d Rp 250.000.000 15%
3. Rp
250.000.001 s/d Rp 500.000.000 25%
4. Di
atas Rp 500.000.000 30%
LATIHAN
1
WESEL
BAYAR
Pada tanggal 1 Nopember
PT KADAG INGAT membeli sebuah
mesin seharga Rp 14.000.000 . pembayaran dilakukan dengan mengeluarkan sebuah
wesel, jangka waktu 90 hari , dengan suku bunga sebesar 12%
Diminta :
Buatlah jurnal
yang diperlukan sampai dengan tangal pelunasan
Jawab :
|
|
Jurnal saat pembelian mesin
|
Jurnal penyesuaian bunga 2 bulan (akrual)
|
Jurnal balik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar